Multicursor - Working In Background

Welcome

--- Haleluya --- --- Welcome --- --- Huanyíng --- --- Selamat Datang di Blog-nya Pemuda-pemudi dan Remaja Gereja Pentakosta Mandala Medan ---

Sabtu, 12 Juli 2014

ISRAEL vs PALESTINA

Syalom…!
Akhir-akhir ini kita sedang disuguhkan pemberitaan mengenai pembantaian Israel ke Gaza (Palestina). Secara kemanusiaan kita memang sangat sedih melihat hal tersebut. Tapi, kita tidak boleh bodoh (tidak mengerti) persoalan yang melatarbelakangi perang tersebut. Dalam kitab Amos 1:6–8, dikatakan bahwa Allah pencipta langit dan bumi yang menghukum Gaza karena bangsa Filistin (Palestina) telah melakukan tiga kesalahan yang jahat. Kalau Tuhan sudah berfirman siapakah yang mampu melawanNYA?

Kita akan melihat latar belakang Tuhan menghukum Palestina (Filistin). Orang Filistin (Palestina) merupakan saudara kandung dari Israel. Jadi, perang yang terjadi di daerah Palestina bukanlah perang agama melainkan perang saudara (Yahudi vs Yahudi). Filistin merupakan bangsa keturunan dari salah satu anak NUH yaitu Ham (Kejadian 10:6-14 ; 1 Tawarikh 1:8-12). Ham adalah anak bungsu Nuh yang menceritakan ketelanjangan Nuh pada saat mabuk anggur (Kejadian 9:22) sehingga Nuh mengutuk Ham atas perbuatannya itu (Kejadian 9:25). Jadi, Palestina (Kanaan) yang adalah keturunan Ham adalah sebuah bangsa yang terkutuk. Sementara Israel yang adalah keturunan dari Sem (saudaranya Ham) adalah bangsa yang diberkati oleh Tuhan. Jelas dikatakan bahwa Israel dan Palestina adalah saudara kandung (sesama Yahudi) bukan seperti yang diberitakan selama ini bahwa Israel berperang melawan Islam Palestina. Bahkan sebuah pengakuan duta besar Palestina (Fariz Mehdawai) untuk Indonesia mengatakan bahwa 50 % penduduk Palestina adalah beragama Yahudi sisanya beragama Islam dan Nasrani (Kristen).

Tuhan Allah menghukum Palestina karena melakukan 3 atau 4 kesalahan yang jahat. Kesalahan pertama adalah dendam kesumat turun temurun kepada bangsa Israel (Yehezkiel 25:15) hanya karena kutuk nabi NUH kepada anaknya Ham dan keturunan Ham (Palestina). Kesalahan kedua adalah bangsa Filistin selalu cemburu kepada Ishak sehingga mereka selalu menutup sumur yang digali oleh Ishak (Kejadian 26:14-15). Kesalahan ketiga adalah bangsa Filistin menghalang-halangi perjalanan Israel dari Mesir menuju Kanaan (Keluaran 13:17). Kesalahan yang keempat adalah meletakkan tabut perjanjian Tuhan di sisi Dagon (1 Samuel 5:2). Jelas sekali, bahwa permusuhan Israel dengan Palestina telah ada sejak jaman nabi Nuh sehingga tidak ada kaitannya dengan perang Israel terhadap Islam.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari pembahasan di atas? Banyak hal yang bisa kita ambil dari persoalan di atas. Yang pertama adalah kita tidak boleh menceritakan kesalahan saudara kita kepada orang lain seperti yang dilakukan oleh Ham. Akibat Ham menceritakan keburukan ayah mereka (Nuh) kepada saudara-saudaranya adalah Ham dikutuk oleh Nuh. Kebiasaan manusia menceritakan kesalahan orang lain yang lebih sering dikenal dengan gosip dapat menghancurkan kehidupan kita baik untuk hidup ini maupun untuk hidup keturunan kita yang akan datang. Seperti penderitaan Palestina yang merupakan akibat dari gosip yang dilakukan nenek moyang mereka (Ham) ribuan tahun yang lalu. Demikian juga jika kita senang menceritakan keburukan orang lain maka kita akan menabur penderitaan untuk keturunan kita sampai ke waktu-waktu yang tidak akan kita ketahui kapan ujungnya.

Pelajaran kedua adalah jangan mendendam. Karena dendam kesumat bangsa Filistin kepada Israel menjadikan murka Allah turun atas mereka. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Bahkan Yesus mengatakan jika pipi kananmu ditampar berikan juga pipi kirimu. Ajaran yang Yesus berikan adalah mengasihi musuh kita seperti diri kita sendiri. Bahkan dalam kitab 1 Yohanes 3:15 dikatakan bahwa membenci saudaranya sama dengan pembunuh. Andaikata ribuan tahun yang lalu Ham dan keturunannya tidak menyimpan kebencian terhadap saudaranya Sem dan keturunannya (Israel) mungkin perang Israel dan Palestina tidak akan jumpai di masa sekarang. Efek yang luar biasa dari sebuah dendam dan kebencian. Sampai keturunan kita juga akan mengalami peperangan yang tak ada hentinya.

Pelajaran yang ketiga adalah jangan pernah menjadi batu sandungan untuk orang lain. Ketika kita menjadi batu sandungan, tanpa kita sadari kita telah menghalang-halangi orang lain untuk mengenal keselamatan sejati. Sama seperti bangsa Filistin yang menghalangi Israel menuju Kanaan membuat Israel harus berlama-lama di padang gurun. Bahkan mereka harus mati di padang gurun karena bersungut-sungut. Ketika ada yang ingin bertobat, mereka akan melihat kehidupan kita. Apabila hidup kita sama seperti mereka, dengan alasan apakah kita membawa mereka untuk mengenal Yesus Kristus sebagai keselamatan sejati? Dengan menjadi batu sandungan bagi orang lain akan mengakibatkan kemarahan Tuhan ditimpakan atas kehidupan kita.

Pelajaran keempat adalah jangan pernah menyamakan Tuhan dengan perkara-perkara dunia ini. Ketika Filistin menyamakan tabut Allah dengan dewa sesembahan mereka yaitu dagon. Sehingga murka Tuhan turun atas Filistin. Demikian juga dalam kehidupan kita di masa kini yang menyamakan perkara-perkara duniawi dengan pelayanan kita kepada Tuhan. Bahkan terkadang kita lebih mengutamakan kepentingan dunia ini daripada pelayanan kita kepada Tuhan. Tuhan kita adalah Allah yang membalaskan kesalahan anak-anakNYA. Bahkan Tuhan mengatakan bahwa orang yang mengasihi dunia ini tidak layak bagi Tuhan. Untuk itu janganlah kita sampai menyamakan Tuhan dengan urusan dunia ini bahkan sampai menomorduakan Tuhan. Hal itu akan mengakibatkan murka Tuhan atas kehidupan kita bahkan sampai kepada keturunan kita di masa yang akan datang.

Pelajaran kelima adalah kita harus bisa mengendalikan hawa nafsu kita melalui 5 panca indra kita. Sama seperti Israel yang harus melawan 5 raja Filistin (Yosua 13:3) demikian juga kita harus melawan 5 panca indra kita yang menjadi jalan si iblis untuk menghancurkan kehidupan rohani kita.

Kiranya Tuhan memberikan hikmat kepada kita untuk lebih tepat mengambil sikap untuk berdiri di tengah-tengah persoalan dunia ini.

Haleluya ……………..

Penulis: Lisfer Wandi Simangunsong, S.Pd (Ketua PMGPM)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar