Setiap
manusia pasti memiliki hubungan. Hubungan yang dimaksud seperti hubungan
pertemanan, hubungan sosial masyarakat, hubungan dalam sebuah organisasi bahkan
bisa saja hubungan asmara (pacaran). Kita tentu saja menginginkan agar hubungan
itu dapat bertahan dengan lama bahkan tidak terpisahkan hingga ajal menjemput. Benar
bukan?
Lalu
timbul pertanyaan bagaimana caranya mempertahankan hubungan tersebut? Mungkin banyak
jawaban yang bisa didapatkan saudara/i. Saya mencoba memberikan cara
mempertahankan hubungan menurut pandangan alkitab. Mari kita baca dalam Filipi 2:1-5. Di sana jelas Paulus
menjelaskan bagaimana kita harus hidup dengan sesama kita. Mungkin anda membaca
judulnya “Nasihat supaya bersatu dan
merendahkan diri seperti Kristus”. Jadi, untuk dapat mempertahankan sebuah
hubungan kita harus bisa seperti Kristus.
Kita lihat pada ayat
1 (Jadi karena dalam Kristus ada nasihat,
ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,). Hubungan yang kita bina haruslah hubungan yang didasarkan
Kasih Kristus. Saling memberi nasihat apabila pasangan kita melakukan
kesalahan. Jangan ada keegoisan dalam membina sebuah hubungan. Berikan penghiburan
bagi pasangan kita dengan penuh kasih apabila mereka mengalami sebuah
pergumulan hidup yang berat dan bawa mereka dalam persekutuan doa dalam Roh dan
Kebenaran. Bukan malah membawa mereka dalam pergaulan yang salah dan
menyesatkan. Juga berikan mereka kasih mesra dalam setiap saat kehidupan
mereka. Pasti tidak ada seorangpun yang berpikir untuk mengakhiri hubungannya
dengan anda apabila hal-hal tersebut anda lakukan kepada pasangan anda.
Lalu di ayat 2 Paulus mengatakan bahwa kita harus sehati
sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan. Tepat sekali. Kesehatian merupakan
modal yang utama dalam membina sebuah hubungan. Kalau kita lihat orang-orang
yang bercerai dari pasangannya, alasan utama mereka berpisah adalah karena
mereka tidak cocok lagi. Sungguh ironis bukan? Padahal di awal mereka
memutuskan untuk berhubungan karena mereka memiliki satu tujuan, satu pikiran
dan satu keinginan. Kenapa hal tersebut harus hilang dalam perjalanan hubungan
itu? Jawabannya ada pada ayat 3 dan 4. Yaitu timbul keegoisan. Kita menganggap
diri kita lebih hebat dari pasangan kita.
Dalam pacaran maupun pernikahan biasanya si pria menganggap
dirinya yang terhebat dari si wanita. Sehingga apapun yang dikatakan si wanita
tidak pernah ia dengarkan. Dalam sebuah organisasi, sang pemimpin merasa
dirinya adalah penentu kebijakan tanpa memperhatikan keinginan orang-orang yang
ia pimpin. Sehingga terjadi pertengkaran-pertengkaran yang dapat mengancam
keutuhan sebuah hubungan. Paulus menasihatkan di ayat 3 bahwa kita harus dengan
rendah hati menganggap orang lain lebih utama dari dirinya. Jadi, jangan karena
anda seorang pria merasa harus dihormati oleh wanita anda tanpa memperhatikan
keinginannya. Karena anda seorang pemimpin menjadikan anda sesuka hati dalam
membuat sebuah kebijakan walaupun kebijakan anda tersebut membuat orang-orang
yang anda pimpin menjadi menderita. Alangkah indahnya kalau orang-orang yang
merasa memiliki kuasa dapat lebih bijaksana untuk memikirkan kesejahteraan
orang lain.
Mudah bukan? Tentu mudah kalau hanya dalam teori tetapi akan
menjadi sangat susah dalam prakteknya apabila kita tidak menaruh pikiran dan
perasaan kita dalam Kristus Yesus (ayat 5). Marilah kita bisa saling mengerti
akan pikiran pasangan kita dan bisa membuang keegoisan kita supaya hubungan
yang kita bina dengan orang lain dapat dipertahankan sampai ajal menjemput. Sangat
indah apabila kita bisa hidup bersama dengan orang-orang yang kita kasihi dan
cintai. Intinya adalah rendahkan hatimu, hiduplah dalam persekutuan doa serta
serahkan hubungan anda kepada Tuhan Yesus Kristus maka anda pasti dapat
mempertahankan hubungan anda sampai ajal menjemput.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Haleluya................
Penulis: Lisfer Wandi Simangunsong, S.Pd (Ketua PMGPM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar